Minggu, 06 Mei 2012


Asal mula danau toba



Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

-          Kebaikan
1.Pak toba sangat giat dan semangat bekerja
2.istrinya sangat sayang kepada suami dan anaknya
3.istrinya sangat sabar melihat perilaku anaknya

-          Keburukan
1.pak toba tidak bisa menepati janjinya
2.pak toba tidak bisa sabar melihat perilaku anaknya
3.anaknya tidak bisa diberi amanah                                                                                               

-          Kesimpulan
Seharusnya pak toba harus lebih sabar dengan kenakalan anaknya dan pak toba harus bisa menepati janji yang tidak akan mengucapkan atau memberitahu kepada anaknya bahwa ibunya itu seorang ikan

MITOS



PENGERTIAN DAN CONTOH-CONTOH MITOS DI INDONESIA-Dalam melacak sejarah tradisi masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan salah satunya adalah dari cerita-cerita Mitos. Disini kita akan membahas tentang apa itu Mitos, Pengertian Mitos dan agar lebih mudah memahami tentang Mitos kita juga akan memberikan contoh-contoh Mitos dari Indonesia.
MITOS

a. Pengertian Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi  oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia  lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar  terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan  petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.

b. Contoh-contoh Mitos
begitu banyak contoh-contoh mitos yang ada di dindonesia. karena kita tahu sendiri bahwa memang Mitos sangat berhubungan dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongen suci. ini adalah beberapa contoh Mitos yang ada di Indonesia.
1. Cerita terjadinya mado-mado atau marga di Nias (Sumatra Utara)
2. Cerita barong di Bali.
3. Cerita pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru yang dianggap suci oleh orang Jawa dan Bali.
4. Cerita Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan)
5. Cerita Joko Tarub
6. Cerita Dewi Nawangwulan 
7. Dan lain sebagainya


Jaka tarub


Dahulu kala, di Desa Tarub, tinggal¬lah seorang janda bernama Mbok Randa Tarub. Sejak suaminya me¬-ninggal dunia, ia mengangkat seorang bo¬¬¬cah laki-laki sebagai anaknya. Setelah dewa¬sa, anak itu dipanggilnya Jaka Tarub.
Jaka Tarub anak yang baik. Tangannya ringan melakukan pekerjaan. Setiap hari, ia membantu Mbok Randha mengerjakan sawah ladangnya. Dari hasil sawah ladang itulah mereka hidup. Mbok Randha amat mengasihi Jaka Tarub seperti anaknya sendiri.
Waktu terus berlalu. Jaka Tarub ber¬anjak dewasa. Wajahnya tampan, tingkah lakunya pun sopan. Banyak gadis yang men¬dambakan untuk menjadi istrinya. Na¬mun Jaka Tarub belum ingin beristri. Ia ingin berbakti kepada Mbok Randha yang di¬anggap¬nya sebagai ibunya sendiri. Ia be¬ker¬ja se¬makin tekun, sehingga hasil sawah ladang¬nya melimpah. Mbok Randha yang pe¬¬murah akan membaginya dengan te-tang¬ga¬nya yang kekurangan. “Jaka Tarub, Anakku. Mbok lihat kamu sudah de¬wasa. Sudah pantas meminang gadis. Lekaslah me¬nikah, Simbok ingin menimang cucu,” kata Mbok Randha suatu hari.


“Tarub belum ingin, Mbok,” jawab Jaka Tarub.
“Tapi jika Simbok tiada kelak, siapa yang akan mengurusmu?” tanya Mbok Randha lagi.
“Sudahlah, Mbok. Semoga saja Sim¬bok berumur panjang,” jawab Jaka Tarub singkat.
“Hari sudah siang, tetapi Simbok be¬lum bangun. Kadingaren ...,” gumam Jaka Tarub suatu pagi. “Simbok sakit ya?” tanya Jaka Tarub meraba kening simboknya.
“Iya, Le,” jawab Mbok Randha lemah.
“Badan Simbok panas sekali,” kata Jaka Tarub cemas. Ia segera mencari daun dhadhap serep untuk mengompres simbok¬nya. Namun rupanya umur Mbok Randha ha¬nya sampai hari itu. Menjelang siang, Mbok Randha menghembuskan napas ter¬akhirnya.
Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladang¬nya terbengkalai. “Sia-sia aku bekerja. Un¬¬tuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub.
Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi me¬makan daging rusa. Saat terbangun dari mimpinya, Jaka Tarub menjadi ber¬se¬¬lera ingin makan daging rusa. Maka pagi itu, Jaka Tarub pergi ke hutan sambil mem¬bawa sumpitnya. Ia ingin menyumpit rusa. Hingga siang ia berjalan, namun tak seekor rusa pun dijumpainya. Jangankan rusa, kancil pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah masuk ke hutan yang jarang diambah manusia. Ia kemudian duduk di bawah pohon dekat telaga melepas lelah. Angin sepoi-sepoi membuatnya tertidur.
Tiba-tiba, sayup-sayup terdengar de¬rai tawa perempuan yang bersuka ria. Jaka Tarub tergagap. “Suara orangkah itu?” gu¬mamnya. Pandangannya ditujukan ke te¬la¬¬¬ga. Di telaga tampak tujuh perempuan can¬¬tik tengah bermain-main air, bercanda, ber¬¬suka ria. Jaka Tarub menganga melihat ke¬¬cantikan mereka. Tak jauh dari telaga, ter¬geletak selendang mereka. Tanpa pikir panjang, diambilnya satu selendang, ke¬mu¬di¬¬an disembunyikannya.
“Nimas, ayo cepat naik ke darat. Hari su¬dah sore. Kita harus segera kembali ke kah¬yangan,” kata Bidadari tertua. Bidadari yang lain pun naik ke darat. Mereka kem¬bali mengenakan selendang masing-masing. Na¬¬-mun salah satu bidadari itu tak mene¬¬mu¬kan selendangnya.
“Kakangmbok, selendangku tidak ada,” katanya.
Keenam kakaknya turut membantu men¬¬cari, namun hingga senja tak ditemu¬kan juga. “Nimas Nawang Wulan, kami tak bi¬sa menunggumu lama-lama. Mungkin su¬¬dah nasibmu tinggal di mayapada,” kata Bidadari tertua. “Kami kembali ke kah¬ya¬ngan,” tambahnya.
Nawang Wulan menangis sendirian meratapi nasibnya. Saat itulah Jaka Tarub menolongnya. Diajaknya Nawang Wulan pulang ke rumah. Kini hidup Jaka Tarub kembali cerah. Beberapa bulan kemudian, Jaka Tarub menikahi Nawang Wulan. Keduanya hidup berbahagia. Tak lama kemudian Nawang Wulan melahirkan Nawangsih, anak mereka.
Pada suatu hari, Nawang wulan ber¬pesan kepada Jaka Tarub, “Kakang, aku sedang memasak nasi. Tolong jagakan apinya, aku hendak ke kali. Tapi jangan dibuka tutup kukusan itu,” pinta Nawang Wu¬lan. Sepeninggal istrinya, Jaka Tarub pe¬¬na¬saran dengan larangan istrinya. Ma¬ka dibukanya kukusan itu. Setangkai padi tampak berada di dalam kukusan. “Pan¬tas padi di lumbung tak pernah habis. Rupa¬nya istriku dapat memasak setangkai padi menjadi nasi satu kukusan penuh,” gumam¬nya. Saat Nawang Wulan pulang, ia mem¬buka tutup kukusan. Setangkai padi ma¬sih tergolek di dalamnya. Tahulah ia bahwa suaminya telah membuka kukusan hingga hilanglah kesaktiannya. Sejak saat itu, Na¬wang Wulan harus menumbuk dan me¬nam¬pi beras untuk dimasak, seperti wa¬ni¬ta umumnya. Karena tumpukan pa¬di¬¬nya terus berkurang, suatu waktu, Na¬¬wang Wulan menemukan selendang bi¬da¬¬¬da¬ri¬nya terselip di antara tumpukan pa¬di. Tahulah ia bahwa suaminyalah yang me¬¬nyem¬bu¬nyi¬kan selendang itu. Dengan se¬ge¬ra dipakainya selendang itu dan pergi menemui suaminya.
“Kakang, aku harus kembali ke kah¬yangan. Jagalah Nawangsih. Buatkan da¬ngau di sekitar rumah. Setiap malam letak¬¬kan Nawangsih di sana. Aku akan datang me¬nyusuinya. Namun Kakang ja¬nganlah mendekat,” kata Nawang Wulan, kemu¬di¬an terbang ke menuju kahyangan.
Jaka Tarub menuruti pesan istrinya. Ia buat dangau di dekat rumahnya. Setiap malam ia memandangi anaknya ber¬¬¬¬main-main dengan ibunya. Setelah Na¬wang¬sih tertidur, Nawang Wulan kem¬bali ke kah¬ya¬ngan. Demikian hal itu ter¬jadi berulang-ulang hingga Nawangsih besar. Walaupun de¬mikian, Jaka Tarub dan Nawangsih me¬¬¬¬¬¬rasa Na¬wang Wulan selalu menjaga me¬reka. Di saat ke¬duanya mengalami ke¬sulit¬¬an, ban¬¬tu¬-an akan datang tiba-tiba. Ko¬non itu ada¬lah bantuan dari Nawang Wulan.

Mbok, simbok : Bu, ibu.
Kadingaren : tumben.
Le, thole : panggilan untuk anak lelaki di Jawa.
Diambah : dijamah, diinjak.
Nimas : adik; panggilan untuk adik perempuan.
Kakangmbok : kakak; panggilan untuk kakak perem¬puan.
Mayapada : bumi.
Kakang : kakak; panggilan untuk kakak laki-laki/ untuk suami.
Kali : sungai.
Kukusan : alat pengukus berbentuk kerucut, ter¬¬buat dari bambu yang dianyam.

Selasa, 01 Mei 2012

PUISI CINTA

 

Saat kau menerima cintaku
Hatiku sangat bahagia
Aku sampai tidak bisa tidur
Karena memikirkan dirimu
Saat ku dengar kau mencintai seseorang
Hatiku rapuh dan sedih
Aku tak tahu harus berbuat apa
Aku hanya menangis dan menangis
Ternyata,engkau mencintai sahabatku
Hatiku makin terpukul
Mengapa harus sahabatku
Yang ia cintai
Tetapi aku mengiklaskan dia mencintai sahabatku
Karena aku tahu,dia lebih baik dari aku
Sekarang aku tahu arti
cinta
Bahwa
cinta tidak harus memiliki,dan aku akan mencintaimu
Selamanya….
















PUISI KEAGUNGAN TUHAN

 


Merah merona bola api di atas cakrawala
Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi
Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari
Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun
Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan

Sebagai manusia hendaklah bersyukur
Ketemu lagi akan hari
Setelah sesaat mengunci rasa
Melupakan semua problema
Kini ditantang perjalanan hidup
Membuktikankan semua impian dan harapan
Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak
Itulah garis takdir Tuhan
Semuanya ini perjalanan waktu
Manusia hanya bercita
Namun begitu, yakinkan diri ini
Hidup ini jangan disia-siakan


 
Harapan Masa Depan





Awan yang cerahsetiap hari kulangkahkan kaki ini
hanya untuk sesuap ilmu
meski lelah, tetap tegak berdiri
tuk raih masa depan yang baru
aku memang bukan manusia terpandang
aku hanya orang biasa
tapi tekad hati ini tuk berjuang
tidak dipandang sebelah mata
bukan hal yang mudah
juga bukan hal yang sulit
jika raih masa d
dengan penuh doa dan ketulusan niat
meraih hal yang luar biasa
penuh dengan banyak rintangan
tapi jangan pernah putus asa
raihlah cita-citamu dengan senyuman